Friday, December 7, 2012

Prajurit yang kesepian

Prajurit yang kesepian melangkahkan kakinya di atas bebatuan
Tertatih melewati derita yang dilawannya dengan senyuman
Hanya dalam hati yang tersayat air mata ikut menetes
Ia menghadap langit dan sadari betapa terbatas penglihatannya.
Prajurit yang kesepian Tiada dapat mengeluh dalam berperang
Terdiam untuk bersembunyi dari letusan senjata musuh
Tidak dapat mencegah debu mewarnai wajahnya.
Prajurit yang kesepian Hitam debu itu tak sehitam hatinya.
Merah itu bukanlah merah Biru tidak lagi biru
Jarak pandang terlalu sempit untuk melihat semua
Prajurit diciptakan bukan untuk mengerti tapi untuk menerima
Apa dayanya untuk mengubah? Adakah asanya untuk berubah?
Apa yang membuat hijau terlihat menjadi hitam?
Hatinya curiga karena munculnya ungu ketika hanya kuning, biru, dan putih yang ada.
Mengapa cahaya ikut tenggelam?

Ah, apalah gunanya ia bertanya?


Prajurit diciptakan bukan untuk mengerti.
Hanya diciptakan untuk menerima.

No comments:

Post a Comment

alone and lonely.

Semakin tua dan dewasa, aku semakin menyadari betapa sulitnya menerima "it is what it is". Apalagi jika tidak sesuai dengan pemiki...