Thursday, August 2, 2012

Unreal vs. Real Life

Sangat prihatin melihat sinetron di Indonesia yang tokohnya selalu sempurna 100% entah itu jahat 100% atau baik 100%. Gua sendiri ga tau apa sinetron itu cerminan masyarakat Indonesia pada umumnya atau karena ada sinetron itu jadinya orang Indonesia mencontoh perilaku tokoh-tokohnya.
Misalnya dalam suatu konflik di sinetron ada orang yang salah.. tokoh itu dibuat seolah-olah dia adalah manusia paling jahat sedunia. Ada lagi tokoh yang jadi 'korban'. Kesannya tokoh itu adalah orang yang baik, gak pernah bikin dosa, selalu dijahatin, orang paling menderita sejagad raya.. Pokoknya orang itu gak pernah bahagia kecuali di akhir cerita karena akhir cerita sinetron tuh pasti berujung si tokoh baik hidup bahagia selamanya.

That's so unreal.

Di kehidupan yang sebenarnya tuh sejahat-jahatnya orang, pasti orang itu punya pikiran baik. Sebaik-baiknya orang, pasti orang itu punya pikiran jahat. Konflik di kehidupan nyata juga gitu. Ga ada yang 100% bener ataupun 100% salah. Gua pikir itu hal yang wajar. Sayangnya, budaya dan nilai yang ada di masyarakat mengharuskan semua orang itu baik 100%. Semua orang menuntut kesempurnaan menurut versinya masing-masing. Persepsi masing-masing. Inilah yang membuat konflik dalam diri seseorang maupun konflik dengan orang lain. Manusia harus menyesuaikan persepsinya sendiri dengan harapan dan tuntutan masyarakat... 

No comments:

Post a Comment

alone and lonely.

Semakin tua dan dewasa, aku semakin menyadari betapa sulitnya menerima "it is what it is". Apalagi jika tidak sesuai dengan pemiki...