Saturday, May 21, 2011

Mulai dari NOL yaa...

Cerita ini bermula pada saat gw masuk ke ruang kelas piano Pa Emil. Beliau bermain piano dan gw menyanyikan beberapa lagu pujian. Setelah bernyanyi, gw mulai bercerita tentang seseorang yang gw sukai.. Lama-lama yang dibahas bukan tentang laki-laki itu tapi tentang pilihan-pilihan hidup.
Kemudian kami duduk di ruang tunggu dan berbincang-bincang.
Beliau menyadarkan gw tentang sesuatu.
Hasil pembicaraan itu membuat suatu perubahan dalam paradigma gw.

Penghayatan gw selama ini adalah
"Masalah datang hanya untuk mengganggu dan membatasi gw. Masalah itu yang bertanggung jawab atas perilaku, pikiran dan karakter negatif yang menetap dalam hidup gw. Bukan kapasitas gw untuk melawan semua itu."
Dua puluh satu tahun hidup menjadi seorang Kristen dan seorang pelayan gereja memang belum menjamin seseorang memiliki kehidupan yang stabil. Gw akui, pikiran kerdil seperti itu yang ada di diri gw.

Namun pembicaraan gw dengan Pa Emil membawa gw ke dalam suatu perenungan... Sampailah gw ke dalam suatu pilihan... Apakah gw mau tetap berjalan dalam pemikiran dan analisa-analisa gw atau mempercayakan segala yang terjadi ke dalam tangan Tuhan?

Gw memilih untuk mempercayakan semuanya pada Tuhan karena gw tau gw ga bisa mengontrol semuanya. Dari hari itu gw mulai mengejar kebenaran. Pada awalnya sulit. Untuk menyadari Tuhan mengasihi gw tanpa syarat saja itu tidak mudah. Gw tau tentang hal itu, tapi gw ga bener2 menyadarinya. Selama ini gw mikir karena gw begini, begitu, bisa ini bisa itu, menghasilkan ini, menghasilkan itu, jadi orang-orang mau menerima gw. Begitu pula dengan Tuhan.

Bersyukur, Dia mengabulkan doa gw, yaitu supaya Tuhan menyadarkan gw bahwa Dia sungguh-sungguh mengasihi gw tanpa syarat. TANPA SYARAT.

Sekarang setiap harinya adalah perjuang untuk mempertahankan kepercayaan gw. Perjuangan untuk memahami kapan harus berserah, tenang dan diam saja atau kapan harus percaya yang disertai dengan suatu tindakan.

Satu hal lagi yang gw sadari, kesungguhan ini bukanlah HASIL tapi PROSES sampai menghela napas untuk terakhir kali.
Belajar untuk meminta Roh Penolong agar selalu ingetin gw bahwa semua ada dalam kontrol Tuhan kalau-kalau gw mulai gelisah dan khawatir.

Tak apalah memulai dari NOL lagi. Asalkan tetap di dalam-Nya pasti kan terus menanjak :)

Rasa malu, sakit hati, penyesalan, penolakan, kegelisahan, kesesakan yang tadinya gw anggap memberatkan gw itu ternyata berguna. Mau tau buat apa?? Jawabannya ada di ayat penutup post ini:

Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu. (Mazmur 119:71)

No comments:

Post a Comment

alone and lonely.

Semakin tua dan dewasa, aku semakin menyadari betapa sulitnya menerima "it is what it is". Apalagi jika tidak sesuai dengan pemiki...