Thursday, August 14, 2014

Kamen Rider #2

Jadi ini (bukan) cerita tentang Kamen Rider (yang asli).

Sedih karena beberapa waktu lalu mamanya Kamen Rider akhirnya meninggal dunia.
Dari Bogor aku berangkat bersama dengan Bibi Uda dan keluarganya ke R.S Harapan Kita untuk menjenguk saudaraku yang sakit. Selesai dari sana, aku diantar ke ex-kantor karena ada janji sama ex-boss dan ex-colleagues untuk makan siang bersama. Sekitar pukul 3, aku dan beberapa teman-teman pergi ke rumah duka Jelambar untuk melayat.

Sesampainya di sana, aku tidak melihat Kamen Rider. Aku hanya melihat Om, Koko, Cici dan beberapa saudara Kamen Rider. Kata Om nya, Kamen Rider ada di rumah dan dia akan kembali sekitar pukul 5 sore. Kami memutuskan untuk menunggu Kamen Rider datang sebelum kami pulang sambil mengobrol dengan Koko nya Kamen Rider.

Aku tidak menaruh perasaan apapun kepada Kamen Rider selain rasa kekaguman. Aku hanya mengagumi sosok Kamen Rider yang sering dipandang aneh oleh teman-temanku yang lain.

1. Kamen Rider orangnya Independent. Kalau orang lain tidak suka dengan apa yang dia lakukan, dia akan tetap berjalan sesuai dengan pendiriannya. (Meskipun kadang memang jadi menyebalkan dalam beberapa hal).

2. Kamen Rider orangnya pekerja keras. Dia lahir prematur. Enam bulan sudah lahir. Dia sering ditegur karena sering gak masuk kantor. Itu karena dia sakit-sakitan. Dalam sehari dia harus makan lima kali supaya daya tahan tubuhnya tidak menurun. Dia pantang menyerah. Dia bukan dari keluarga yang berada tapi dia mampu bekerja dan akhirnya bisa kuliah dari hasil pekerjaannya sendiri. Dia berhasil mendapatkan IPK 4 sampai sekarang. Tapi sedihnya dia bilang: 'Untuk apa gua dapat IPK 4 kalau Mama sudah gak ada?' :'(

3. Kamen Rider orangnya peduli meskipun dia sendiri sudah lelah. Kalau di kantor sedang jenuh, lelah, dan panik, orang pertama yang aku ajak diskusi adalah si Kamen Rider ini. Aku ingat pernah tengah malam aku whatssapp dia untuk mengeluarkan unek2 tentang masalah yang sedang aku hadapi. Dengan caranya dia bisa menenangkan aku. Dan yang paling aku ingat adalah setelah setahun bekerja dengannya, dia bilang: 'Cynthia sekarang berubah deh. Gua senang. Elu jadi lebih rileks, lebih enjoy hidup.'

Jadi ketika aku melihatnya memakai kaos putih, masuk ke ruangan jenazah, mengambil dupa dan mulai berdoa, aku merasa sangat sedih. Kamen Rider aku lihat kuat, kini kehilangan setengah dari arti kehidupannya. Dia masih tersenyum, dia masih berusaha membuat kami semua tertawa.

Kamen Rider, tetap semangat ya!



No comments:

Post a Comment

alone and lonely.

Semakin tua dan dewasa, aku semakin menyadari betapa sulitnya menerima "it is what it is". Apalagi jika tidak sesuai dengan pemiki...