Thursday, April 7, 2016

Mazmur 73:16

Suatu sore, aku melangkah dengan ringan dan pasti. Aku terus berkata kepada pikiranku, "Ini cuma sebentar. Jangan berlebihan. Ini cuma sekejap saja, aku akan pulang. Ini masih di satu pulau yang sama. Biasa saja." Seakan semua kegelisahan dapat aku redakan dengan kata-kata tersebut.

Aku (mencoba) berpamitan seperti biasa meskipun aku tahu ini sesuatu yang tidak biasa. "Kamu membuat kesalahan besar. Bukan masalah hanya dua bulan dan jarak yang dekat, tapi kamu harus berangkat dengan doa dari bapak dan mama." Setelah selesai berdoa, orangtuaku mengucapkan beberapa hal yang menyadarkan aku bahwa ada beberapa peristiwa penting yang akan aku lewatkan.

Dua hari selang kepergianku, aku menelepon bapak dan bapak bilang bapak sudah rindu. Serius, aku tidak menyangka. Seminggu setelah kepergianku, aku mendapat kabar bapak masuk ICU. Ah, seperti hancur hatiku mendengarnya. Aku bisa apa? Aku tidak bisa pulang, kami sudah membuat kesepakatan sebelumnya mengenai hal-hal urgent seperti ini. Setelah beberapa hari, Puji Tuhan, bapak sudah keluar dari ICU dan pulang ke rumah meskipun hal itu tidak membuat hatiku lega 100%. Setiap aku telepon masih terdengar suara lirihnya. Terkadang, aku kepikiran satu peristiwa penting lainnya yang rencananya akan dilakukan tanggal 20 bulan ini. Aku tidak dapat menghadirinya juga.

Aku sadar sekarang, ini bukan masalah durasi, apalagi masalah jarak. Ini mengenai iman yang aku miliki. Banyak hal dapat terjadi yang membuat kita 'shock', tapi Tuhan tidak pernah 'shock' dengan apa yang akan terjadi, dengan apa yang kita rasakan, dengan apa yang kita lakukan.

Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya - Mazmur 73:26.

Tuesday, March 29, 2016

Jesus take the wheel - Carrie Underwood

She was driving last Friday on her way to Cincinnati
On a snow white Christmas Eve going home to see her Mama and her Daddy
With the baby in the backseat. Fifty miles to go and she was running low on faith and gasoline.
It'd been a long hard year
She had a lot on her mind and she didn't pay attention
She was going way too fast before she knew it she was spinning on a thin black sheet of glass
She saw both their lives flash before her eyes
She didn't even have time to cry. She was so scared. She threw her hands up in the air
Jesus, take the wheel. Take it from my hands 'cause I can't do this on my own
I'm letting go, So give me one more chance to save me from this road I'm on.
Jesus, take the wheel

It was still getting colder when she made it to the shoulder and the car came to a stop.
She cried when she saw that baby in the backseat
Sleeping like a rock. And for the first time in a long time
She bowed her head to pray, she said I'm sorry for the way I've been living my life
I know I've got to change so from now on tonight,
Jesus, take the wheel, take it from my hands 'cause I can't do this on my own
I'm letting go so give me one more chance to save me from this road I'm on

Oh Jesus, take the wheel
Oh, I'm letting go so give me one more chance.
Save me from this road I'm on
From this road I'm on
Jesus, take the wheel
Oh, take it, take it from me
oh, oh, oh wooh

Wednesday, March 16, 2016

Pamit

Post ini terinspirasi dari lirik lagu Tulus terbaru yang berjudul "Pamit". Lagu ini bercerita mengenai sepasang kekasih yang akhirnya harus berpisah karena memiliki tujuan berbeda. Di akhir lagu, liriknya berkata: "Izinkan aku pergi dulu, yang berubah hanya tak lagi kumilikmu. Kau masih bisa melihatku. Kau harus percaya, kutetap teman baikmu."

Dalam konteks kehidupan, menurutku, diri kita bukan milik diri kita sendiri. Dalam keluarga, kita berusaha memberikan kasih kepada anggota keluarga yang lain. Dalam kehidupan sosial, kita berusaha memenuhi aturan yang berlaku agar dapat menyesuaikan diri dan berkarya dalam lingkungan. Dalam kehidupan bermasyarakat, kita ada untuk membantu orang lain yang kesusahan. Itu hanya sebagian contoh kecilnya.

Kita memang ada bukan hanya untuk diri sendiri, namun bukan juga berarti kita milik pihak lain sepenuhnya. Terkadang tuntutan satu pihak dengan pihak lain datang bersamaan. Alangkah baiknya kalau tuntutan tersebut dapat kita penuhi dalam waktu yang bersamaan sesuai dengan porsi yang dibutuhkan. Kita harus memilih. Tanpa bermaksud mengecilkan pihak manapun, kadang ada pihak lain yang lebih membutuhkan kita dibanding pihak lainnya sehingga kita harus pergi meninggalkan suatu tempat. Pada masa itulah, kita akan 'pamit' untuk pergi ke tempat lain.

Ini arti pamit yang aku temukan di KBBI:  

pamit/pa·mit/ v permisi akan pergi (berangkat, pulang); minta diri;

Pamit berarti meminta diri karena akan meninggalkan suatu tempat. Orang yang pamit bermaksud hendak pergi dari tempat tertentu menuju ke tempat lain. Pamit dilakukan sebagai salah satu cara menghormati tempat lama kita.

Setelah pamit, bukan berarti kita melupakan dan tidak akan pernah kembali lagi, kan? Bersabarlah. Aku pasti kembali. Saat ini, ada tempat yang lebih membutuhkan kehadiranku dan aku harus memilih. (Lebih tepatnya, aku tidak punya pilihan lain)

"Izinkan aku pergi dulu, yang berubah hanya tak lagi kumilikmu. Kau masih bisa melihatku. Kau harus percaya, kutetap teman baikmu."

Aku pergi. Aku pamit.

Monday, February 29, 2016

Kesabaran 29 Februari

Banyak keuntungannya ya ternyata puasa sosial media itu. Belakangan ini aku tersadar mengenai kesabaran karena selama ga buka medsos rasanya gatel banget pengen tau update temen-temen secara instan aja. Ga usah nanya ke orangnya langsung. Sekarang kalau mau tau, harus usaha nanyain satu-satu. Dipikir-pikir lagi, lebih baik seperti itu sih jadi bisa punya deeper conversation dibandingkan dengan hanya tau dan kasih emote icon love, laugh, frown, dsb di moment mereka. Untuk sampai melakukan hal itu juga butuh kesabaran.

Dulu, aku pikir aku udah sabar, tapi ternyata belum. Baru tersadar bahwa aku dulu terlalu cepat mengharapkan sesuatu settled. Idealis yang kurang realistis. Maksa kalau semua harus oke sesuai dengan yang aku pikirkan. Kenyataanya pikiran aku gak semuanya oke kok. Terus di masa-masa ini, aku lebih banyak refleksi tentang apa yang udah terjadi dalam hidup aku dan hidup orang lain. Aku bisa liat bagaimana orang lain melewati masalah-masalah yang mereka hadapi. Mereka yang pernah mengalami kegagalan, baik atas kesalahan sendiri maupun karena kesalahan orang lain, tetapi tidak menyerah, merekalah yang benar-benar tau apa artinya kesabaran.

Begitu juga dengan kesuksesan. Sering kali kita berharap ingin cepat untuk mendapatkan apa yang kita inginkan . Ini itu semua harus selesai. Kalau enggak sesuai terus stres seakan-akan gak ada jalan keluar lagi. Ternyata gak seperti itu kok. Ga ada jalan pintas untuk menuju kesuksesan. Perlahan-lahan kita naik anak tangga, kadang kita lelah dan berhenti sebentar. Tidak apa-apa. Kadang kita melihat orang lain sudah jauh ke atas. Kadang kita lupa kalau masih ada orang di belakang kita. Kadang kita juga lupa memberikan tangan kita untuk mereka yang jatuh di samping kita.

Segala sesuatu indah pada waktunya. Sama dengan hal-nya tanggal 29 Februari yang hari ini muncul. Dia pun sabar menunggu gilirannya untuk tiba setiap empat tahun sekali.

Saturday, February 27, 2016

Lent season

In this lent season I decide to fasting from social media like path, Facebook, Twitter, and Instagram. Can't fasting with this blog because I follow many inspired bloggers so I don't want to stop read their post. I try to change my time of open the social media into praying and remembering God's sacrificed for us.
So far in 18th day of fasting I amazed how God can control His heart to be focused to The Father only. and with 3 last distractors from the evil, He still faithful. Wow.. Amazing! That's the first thing I got from this fasting. Realized how powerful God to remain faithful.

Second, I believe that everything comes from God, by God, and for God. Including feelings. I realize what He put in my heart in this early year is to glory His name. He gives, He takes. Even if I have to let go something or maybe someone, I believe I don't lose His promises to me.

Third, thank God, because of the feeling, I can realize that the insecurity on me which sometimes killing me and makes me looked like a fool. I pray that God gives me the courage to do what I need. To give Him back what He has given to me first.

Hoping in the rest of the lent season, God can teach me to trust Him more and to be still in His presence. Not only in words but also with my whole heart, understanding, and soul.

Monday, February 8, 2016

Beyond believe: unmeasureable love

Sejak kapan 2 + 5 bukan sama dengan 7?
Sejak kapan 2 + 5 dapat cukup untuk 5000 orang.
Sejak Tuhan yang memberkati 2 + 5 tersebut, bahkan surplus 12.

Sejak kapan 2 dinar menjadi uang terbesar di dunia ini?
Ketika seorang janda memberikannya dengan sepenuh hati kepada Tuhan.

Kenapa orang yang bekerja dari pagi, atau siang, atau malam, memperoleh upah yang sama?
Tuhan yang menentukan upah setiap orang menurut kemurahan hatinya.

Sejak kapan hukuman mati yang dibuat oleh manusia dapat diganti dengan kemerdekaan hidup tanpa syarat?
Tuhan membiarkan perempuan yang berzinah itu tidak dihukum sesuai dengan hukum yang lama.

Kenapa penjahat yang seumur hidupnya dapat masuk surga hanya dengan satu kalimat, "ingatlah aku."?
Tuhan melihat hati penjahat itu.

Sama seperti peristiwa-peristiwa di atas, terkadang aku merasa hanya memiliki sedikit saja dan tidak berarti. Harusnya aku dapat melihat siapa yang bekerja, bukan siapa aku. Pikiranku terkadang terlalu kecil untuk mempercayai perbuatan Tuhan yang besar. Setiap hari aku harus berdoa, "Tuhan, tolonglah aku yang kurang percaya ini."  

1 Korintus 2: 9
"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.

Saat ini, aku menyadari bahwa yang harus aku lakukan adalah mengasihi Dia. Itu berarti menggunakan apa yang Tuhan sudah percayakan kepadaku untuk membawa orang lain mengalami kasih-Nya. Aku harus lebih mempercayai apa yang Tuhan katakan dibandingkan dengan apa yang hatiku katakan. Aku harus lebih  mempercayai kebenaran Tuhan daripada pikiran-pikiranku sendiri.

Psalm 103: 1-5 (KJV)
Bless the Lord, O my soul: and all that is within me, bless his holy name.
Bless the Lord, O my soul, and forget not all his benefits:
Who forgiveth all thine iniquities; who healeth all thy diseases;
Who redeemeth thy life from destruction; who crowneth thee with lovingkindness and tender mercies;
Who satisfieth thy mouth with good things; so that thy youth is renewed like the eagle's

alone and lonely.

Semakin tua dan dewasa, aku semakin menyadari betapa sulitnya menerima "it is what it is". Apalagi jika tidak sesuai dengan pemiki...