Saturday, August 18, 2012

mencari jalan pulang

Perlahan mulai terlihat pelangi dari hujan badai semester delapan. Kelas, skripsi, persahabatan... semua yang berhasil membuat air mataku akhirnya jatuh juga. Perlahan aku mulai merasa bahagia dengan pilihan-pilihan yang aku buat sendiri. Perlahan aku menyadari bahwa semua yang aku alami tidak lain hanya untuk membuatku dewasa. 
Namun rasanya aneh. Ketika pelangi muncul, aku terlampau gembira. Hilang kendali. Pegangan hidup yang aku tetapkan mulai mengalami banyak kompromi. Semua sudah selesai pikirku,tak ada lagi yang harus kupikirkan. Saatnya bersenang-senang - dengan caraku..
Ibaratnya seperti ini..

Ketika mobil berjalan di daerah terjal, sang supir akan sangat berhati-hati, membuka matanya lebar-lebar agar tidak mengalami kecelakaan. Sangat berbeda bila di jalan tol. Sang supir cenderung lebih cepat mengantuk dan ketika itu terjadi, potensi kecelakaan makin tinggi.

Aku memang gembira dengan semua yang terjadi, tentu saja. Tapi aku hilang arah...
Itu membuatku merasa hampa. kosong.
Aku tidak mau tersesat lebih jauh lagi dan terjebak dalam kehampaan ini...

Saturday, August 11, 2012

Which way to go....

Sitting in a seat I'm waiting on one of my students come.
Listening other students practicing piano, keyboard, and violin.
I realize I'm falling in love for the first time... with music...

After passed my theses defense I decided to focus on learning (and enjoying) music.
For me it is so hard of enjoying something. Some people tell me that I am so serious in this life.
Now here I am... Enjoy, relax, see the world in a different perspective.

I have taken a vocal class. I was late and my teacher kind a young handsome guy :3
I felt so nervous. He told me that I should come on time next class but.... I was late again. five minutes late. I thought it made him bad mood so he looked stern at me. I hope that was just my feeling not in reality. He said I have a problem with give out my voice to the air. He is right. It is difficult to talk about what's on my mind or what's happening. I guess I'm not good at verbal ability and have limitation vocabulary.

I also have taken a violin class. My teacher... I guess he need to learn how to be more patient. I can teach him if he let me but give me a free of charge. HAHA... I had no idea why I CAN'T follow the beat exactly. I need to practice more and more.

What makes I'm afraid is deciding a wrong option. Yesterday I talked to my boss and he told that life is choice. He described what I can get if I still working in his office. He told me he would promote me to be a manager in his music school and my salary will be two digits in my early adulthood. And also I have more time to learn violin and improve my skill on piano. I can imagine how happy my life if I can life like that.
But I know. Life is not that simple. I've learnt about four years in university with my parents' money. How could I do nothing with it... I want to work in formal office with some colleague, have lunch in a restaurant, talk about business, chit chat about each life, make a lot of friendships...    
     
I have to choose... Deep in my heart, I want to stay in music but I can't. In October (after graduation) I will start looking for a job.. Wish me luck..

Thursday, August 2, 2012

Unreal vs. Real Life

Sangat prihatin melihat sinetron di Indonesia yang tokohnya selalu sempurna 100% entah itu jahat 100% atau baik 100%. Gua sendiri ga tau apa sinetron itu cerminan masyarakat Indonesia pada umumnya atau karena ada sinetron itu jadinya orang Indonesia mencontoh perilaku tokoh-tokohnya.
Misalnya dalam suatu konflik di sinetron ada orang yang salah.. tokoh itu dibuat seolah-olah dia adalah manusia paling jahat sedunia. Ada lagi tokoh yang jadi 'korban'. Kesannya tokoh itu adalah orang yang baik, gak pernah bikin dosa, selalu dijahatin, orang paling menderita sejagad raya.. Pokoknya orang itu gak pernah bahagia kecuali di akhir cerita karena akhir cerita sinetron tuh pasti berujung si tokoh baik hidup bahagia selamanya.

That's so unreal.

Di kehidupan yang sebenarnya tuh sejahat-jahatnya orang, pasti orang itu punya pikiran baik. Sebaik-baiknya orang, pasti orang itu punya pikiran jahat. Konflik di kehidupan nyata juga gitu. Ga ada yang 100% bener ataupun 100% salah. Gua pikir itu hal yang wajar. Sayangnya, budaya dan nilai yang ada di masyarakat mengharuskan semua orang itu baik 100%. Semua orang menuntut kesempurnaan menurut versinya masing-masing. Persepsi masing-masing. Inilah yang membuat konflik dalam diri seseorang maupun konflik dengan orang lain. Manusia harus menyesuaikan persepsinya sendiri dengan harapan dan tuntutan masyarakat... 

alone and lonely.

Semakin tua dan dewasa, aku semakin menyadari betapa sulitnya menerima "it is what it is". Apalagi jika tidak sesuai dengan pemiki...